E-Mail: drpm@ui.ac.id
Phone: +62 857 7345 6196 Fax: (021) 7884 9119
on 01 Apr, 2017 Posted By Agung Setiawan
Tari Sang Hyang Dedari Jangan Dieksploitasi oleh Nugroho KBRN, Jakarta : Para pelaku pariwisata dan budaya hendaknya tidak mengekploitasi tari-tarian langka dan sakral Bali hanya untuk kepentingan komersial belaka, namun hendaknya...
Read Moreon 01 Apr, 2017 Posted By Agung Setiawan
Jejak Terakhir Sanghyang Dedari, Tari Sakral di Bali Agniya Khoiri, CNN Indonesia Minggu, 29/01/2017 06:02 WIB Jakarta, CNN Indonesia — Pulau Bali tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata yang memesona di Indonesia,...
Read Moreon 01 Apr, 2017 Posted By Agung Setiawan
Pelestarian Tari Sanghyang Dedari Lewat Wisata Budaya Agniya Khoiri, CNN Indonesia Minggu, 29/01/2017 05:17 WIB Jakarta, CNN Indonesia — Satu warisan budaya asal pulau Bali yakni Tari Sanghyang Dedari, hampir punah. Namun,...
Read Moreon 28 Sep, 2016 Posted By sanghyangmin
Read More
Program pengabdian masyarakat skema desa mitra bertajuk “Strategi Budaya Desa Ekologis” di Desa Adat (Banjar) Geriana Kauh Desa Duda Utara, Kecamatan Karangasem, Provinsi Bali telah berjalan efektif sejak Agustus 2016. Meski demikian proses penelitian terkait Tari Sang Hyang Dedari sebagai tema sentral pengabdian ini telah dimulai sejak 2014, dan khusus untuk masyarakat Geriana Kauh sejak 2015. Pengabdian masyarakat “Desa Ekologis” tahun pertama ini didasari satu problem, yaitu ancaman kepunahan Ritual Tari Sang Hyang Dedari yang terhubung dengan tradisi pertanian tradisional dan preservasi warga atas benih padi lokal atau Padi Masa.
Pembuatan Museum tidak hanya dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan tarian, tetapi juga untuk menginformasikan ke khalayak luas mengenai metode bertani tradisional dan benih lokal yang terancam punah. Museum itu juga akan menjadi infrastruktur awal menuju program pemberdayaan berikutnya, yaitu menjadikan Geriana Kauh sebagai destinasi wisata ekowisata. Dalam ungkapan ini, program pengabdian masyarakat tahun pertama ditujukan untuk membangun infrastruktur awal tersebut.
Mitra dalam program pengabdian masyarakat ini adalah warga desa adat (banjar) Geriana Kauh yang dimotori atau digerakkan oleh para tetua adat (pelingsir), khususnya pengelola (prajuru) desa I Wayan Bhrata, pemimpin desa (bendesa) I Nengah Likub, ketua program desa, Nyoman Bhrata. Pihak lain yang turut mendukung adalah pemuda dan pemudi (tuna/truni) setempat, ibu-ibu khususnya para juru gending dan warga lainnya.
“Sebab manusia hidup dari beras, dan segenap raga dan jiwanya dibangun dari beras, beras itu sendiri diperlakukan sebagai pujaan, dan dihormati yang kemudian menyebabkan keseluruhan tradisi padi berkembang menjadi aliran yang kompleks.”